Antara Bersyukur dan Mengeluh

Posted by Unknown on 18.58


Winda dan Sukmet bersama pak Pion, orang tua asuh 
Di dunia ini setiap orang pernah mengeluh di dalam kehidupannya. Contohnya seperti saya, saya masih sering mengeluh dalam keadaan hidup saya sekarang ini, padahal hidup saya sudah termasuk dalam kata ‘enak dan berkecukupan’. Bagaimana tidak enak, saya masih di biayai dan ditanggung oleh orang tua. Yah namanya juga manusia pasti pernah mengeluh, tetapi ada batasannya dan tidak setiap saat juga.
            
Selama saya live in di desa Ngablak, Magelang, saya belajar banyak hal terutama di dalam keluarga bapak Pion. Beliau akrab di panggil dengan pak yon dan saya pun memnggil beliau seperti itu. Beliau orang yang sangat baik, ramah, pengertian dan sangat friendly. Keluarga beliau mudah akrab terhadap orang baru, seperti saya dan teman sekamar saya, Sukhmeet. Saya merasakan adanya keharmonisan di dalam kelurga beliau, merasa nyaman dan hangat berada di tengah-tengah keluarga beliaun selama beberapa hari. Ibu Tri Marliah adalah nama dari istri pak Yon, mereka sangat ramah dan akrab terhadap tetangga sekitar. Pak Yon sendiri juga di kenali oleh banyak masyarakat sekitar. Bisa di bilang beliau di segani di dalam desa tersebut karena berkat jasa dan kebaikan beliau. Saya akui pak Yon memang pantas di segani karena beliau bijaksana dalam mengambil keputusan begitu pula dengan sikap beliau yang mengutamakan gotong royong terhadap masyarakat lain.
           
Dalam beberapa hari saya berada di rumah pak Yon, saya diajarkan oleh beliau untuk selalu bersyukur dan terutama sabar. Rumah beliau sederhana tetapi bagi saya berada di dalamnya sangatlah nyaman dan beruntung karena saya mendapatkan hal-hal yang berharga walau hanya beberapa hari berada di sana. Beliau suka bercerita tentang kehidupannya yang dulu-dulu. Salah satunya bahwa dulu beliau pernah berjualan gorengan bersama ibu dan anaknya yang bernama Jian dengan untung penjualan hanya 10 ribu rupiah perharinya. Menurut beliau kehidupan keluarga beliau untuk sekarang ini jauh sudah lebih enak dan patut di syukuri. Saat ini beliau bekerja sebagai buruh tani di ladang dan suka memasang tenda dengan bayaran satu hari 25 ribu rupiah. Selama saya disana pak Yon suka mengajak saya berjalan-jalan seperti melihat pemandangan dari atas gunung Merbabu, berburu, memetik hasil ladang yaitu cabai dan seledri, berkunjung ke pertapaan. Saya sangat suka berada disana selain karena udara yang sejuk dan banyak petualangan yang bisa di dapatkan di sana. Walau beliau capek akan pekerjaannya tidak mematahkan semangat beliau dan keluarga, selalu ada kebahagiaan di raut wajah mereka tiap harinya. Mereka sudah bersyukur dengan hidup mereka yang sekarang ini dan membuat saya salut walau hanya dengan bayaran 25 ribu rupiah tetapi mereka masih dapat bersyukur. Beda dengan saya yang masih suka mengeluh dengan apa yang sudah saya punya, masih suka menuntut ini itu kepada orang tua dan juga masih suka boros untuk hal yang tidak berguna. Saya sadar bahwa jaman sekarang mencari uang itu susah dan susah juga untuk menyimpannya hahaha. Saya ingin merubah kebiasaan buruk saya yaitu terlalu boros, saya belajar dari pak Yon untuk selalu ingat apa yang sudah Tuhan berikan saat ini harus kita syukuri walau berat jika diberikan masalah, tetapi kita harus hadapi dan tidak bolehmenyerah begitu saja. Pak Yon pernah bilang kalau beliau selalu bersyukur walau capek sehabis bongkar dan pasang tenda tetapi tetap bersyukur selama masih diberi keselamatan.
            
Saat ini beliau adalah inspirasi saya. Mengapa? Karena beliau mempunyai pendirian dan iman yang kuat begitu juga beliau memberikan saya banyak pelajaran selama disana, walau saya tidak menceritakan semuanya. Jaman sekarang jarang ada yang peduli seperti keluarga beliau, sangat peduli terhadap orang lain. Contohnya, saya hidup di Jakarta sudah 16 tahun tetapi jarang menegur tetangga, sedangkan pak Yon peduli sangat terhadap saya sebagai anaknya sendiri selama live in dan sampai sekarang. Padahal saya bukan siapa-siapa beliau, kenal saja baru dan tidak punya ikatan sodara apalagi darah. Beliau sudah menganggap saya benar-benar seperti anak sendiri selama saya tinggal disana dan sampai sekarang beliau masih suka menghubungi saya. Beliau suka menasehati saya dan mengingatkan hal-hal yang berguna untuk saya. Saya sendiri sudah menganggap beliau seperti bapak saya sendiri dan ibu sebagai ibu saya sendiri gitu juga anak beliau sudah saya anggap seperti adik saya sendiri. Saya meengucapkan banyak terima kasih untuk pak Yon karena sudah mengajarka hal-hal yang berharga selama saya tinggal disana. (Winda/XI SOS 2/2014/2015)



Nama Anda
New Johny WussUpdated: 18.58

0 komentar:

CB