P
|
ukul 05.00 WIB pagi yang indah, rutinitas kota terasa lengah, udara
segarpun menjadi hadiah yang teramat istimewa. Sunggu hari yang membahagiakan,
bukan karena saya berhasil bagun sepagi itu ataupun tidak belajar secara formal
saat itu, melainkan kegiatan di luar sekolah bertajuk field trip. Hari
itu hari Jumat, 12 Mei 2017 waktu yang sangat berharga bagiku. Entalah energi
positif apa yang memberiku semangat
lebih saat itu, namun yang pasti hari itu sekitar 72 murid SMA Kristen Kanaan
belajar di luar sekolah. Belajar mengenal lebih dekat kota Jakarta dan beragam
kisah di baliknya. Manusia dan budaya menjadi target dan fokus kami dalam
menelusuri Jakarta saat itu.
Jessica dan rekan bersama guru pendamping ibu Onni Sumber foto : Dokumentasi eskul Jurnalistik |
Pukul 06.15 WIB kutinggalkan rumah dan melangkah dengan
pasti menuju SMA Kristen Kanaan Jakarta. Pukul
06.35 saya sampai di sekolah.
Koridor kelas 10 sudah ramai dengan murid-murid
yang berkumpul untuk membicarakan destinasi mereka.
Pukul
06.45 pun tiba. Terdengar jelas bunyi nyaring di telingaku. Kami masuk kelas
dan berdoa bersama-sama melalui renungan pagi. Pukul 07.00, guru-guru
pendamping mulai mencari kelompok yang sudah dibagikan sejak jauh-jauh hari.
Saya, Jiario, Agnes, Stephanie,
dan Merlyn satu kelompok. Guru pendamping kami ibu Onni. Sebelum pergi, kami
berunding tentang kendaraan untuk pergi ke destinasi pertama kami, yaitu Kali
Jodo. Kami sangat bingung karena hampir tidak ada kendaraan yang melewati Kali
Jodo. Akhirnya, kami berjalan menuju Golden
Truly. Kami naik busway. Di busway, saya hanya diam menikmati suasana dan
jalan-jalan yang dilewati. Ternyata naik busway itu enak, nyaman, sejuk, dan
tidak terlalu macet. Rasanya saya ingin naik busway terus, karena naik busway
sama seperti naik mobil tapi versi besar. Sesampainya di halte, kami harus
jalan lagi karena masih sedikit jauh untuk ke Kali Jodo. Jadi kami memutuskan
untuk pergi naik grab. Saat
perjalanan menuju Kali Jodo dengan grab, salah
satu dari kami, yaitu Jiario melihat ada seorang yang ada di dekat kali.
Setelah di lihat-lihat, dia membuka celananya dan ingin membuang fesesnya. Ya,
kami tertawa terbahak-bahak.
“Dan saya menyadari, bahwa di Kota Jakarta, masih saja ada orang yang primitif, yang membuang fesesnya di kali, bukan di toilet / wc umum. Mungkin karena rumahnya yang sangat kecil dan masih di sekitar bantaran kali.”
Sesampainya
di Kali Jodo, kami melihat Kali Jodo yang sekarang dengan perasaan terkesan.
Ya, kami sangat terkesan dengan pemerintah yang sekarang yang dapat merubah
Jakarta ini menjadi layak disebut Ibukota Negara. Kami melihat adanya skatepark, gravity karya anak bangsa, bahkan
di pinggir jalannya ada perpustakaan berjalan.
“Kita tidak kalah dengan laur negeri”.
Dengar-dengar,
dulu Kali Jodo adalah tempat
prostitusi, tempat yang sangat kumuh, tempat yang tidak berguna jika berada di
Jakarta. Tapi sekarang, setelah saya melihat skatepark, banyak anak muda yang latihan skateboard dan ada juga yang naik sepeda. Bahkan kami juga melihat
ada sekumpulan anak muda yang sedang latihan skateboard. Dan dilihat-lihat, mungkin mereka akan mengadakan
lomba.
“Dengan demikian, kami menyimpulkan bahwa Kali Jodo dapat menjadi sarana tempat persaingan anak muda yang setidaknya dapat meningkatkan semangat dan karya anak bangsa zaman sekarang. Kini, tempat itu sangat berguna dari kalangan atas sampai kalangan bawah, dari umur lansia sampai umur balita.”
Selain
itu, kami juga melihat ada makanan-makanan kuliner di sekitarnya. Kami tidak
mencoba makanan itu karena saat itu masih pagi dan kami belum lapar. Tapi kami
sempat masuk ke perpustakaan berjalan. Di sana banyak buku-buku yang
disediakan, khususnya buku-buku pelajaran yang dibutuhkan dari SD, SMP, sampai
SMA/SMK. Saya melihat beberapa buku dan membacanya sekilas. Menurut saya,
perpustakaan itu sangat menarik dan sangat membantu ketika kita bosan entah
harus kemana, maka kita bisa membacanya sejenak.
Setelah
dari Kali Jodo, kami melanjutkan perjalanan menuju Museum Fatahilla dengan naik
angkot. Kami harus berjalan keluar dari kawasan Kali Jodo lalu kami menemukan
angkot ke arah Kota Tua. Beda rasanya naik angkot dengan naik busway. Walaupun
keringatan, panas, namun kami tetap menikmati perjalanan. Sesampainya di sana,
saya mulai emosi karena saat itu sangat panas. Terkadang saya marah, tidak
sabaran, kesal, dan sejuta rasa lain
yang sulit buat dibahasakan. Tapi, renungan saya
sendiri, harusnya saya bisa meredakan emosi dalam keadaan apapun. Karena
bagaimanapun, kami tetap satu kelompok.
Lalu
hati saya sudah mulai sejuk saat apa yang kuinginkan tercapai. Ya, kami naik city tour untuk pergi ke Balai Kota. Kami
sangat senang karena kami baru pertama kalinya merasakan naik city tour. Apalagi, kami naik dua kali.
Yang pertama karena kami ingin jalan-jalan saja naik city tour. Lagi pula hanya sebentar. Lalu karena dari stasiun
Juanda kami harus ke daerah Monas untuk sampai ke Balai Kota, maka kami naik
lagi city tour dan turun di halte
Monas. Lalu kami jalan dan mencari Balai Kota. Karena terlihat masih jauh, jadi
kami makan dahulu di pinggir jalan daerah Menteng.
“Dari situ, saya belajar ternyata di warung dekat pinggir jalan itu ada makanan ikan yang sangat enak. Tidak kalah dengan masakan restoran seafood.”
Karena
waktu sudah tidak cukup lagi untuk ke Balai Kota, maka kami sepakat untuk pergi
ke Panti Asuhan Daskor yang berada di seberang tempat makan tadi. Menurut saya,
mungkin tidak ada kelompok lain yang pergi ke panti asuhan. Jadi, kelompok kami
sangat special karena tidak hanya mengetahui sejarah tentang Indonesia tapi
tetap bisa bersosialisasi dengan anak-anak panti asuhan. Tak disangka,
anak-anak panti asuhan itu sangat pintar, bahkan mereka bisa bersekolah di
sekolah Penabur, mereka sangat rajin.
“Yang terkesan bagi saya adalah saat saya melihat ada dua anak kecil yg berebutan piring karena ingin cuci piring. Artinya, dari kecil saja mereka sudah ingin belajar mandiri. Sedangkan anak zaman sekarang hanya tahu tentang games-games dan malas sekali untuk membantu orang tua dalam pekerjaan rumah tangga.”
Seusai
dari Panti Asuhan Daskor, kami menuju Galeri Nasional. Lagi-lagi karena tidak
ada kendaraan yang lewat Galeri Nasional, maka kami pergi naik grab lagi. Sesampainya di sana, kami
memasuki Gedung Galeri Nasional yang pertama, lalu kami melihat ada
gambar-gambar 3D dari Proyektor. Dan ada juga dari
keramik-keramik serta gambar-gambar abstrak lainnya. Yang terkesan dari Gedung
Galeri Nasional ini adalah sangat saya memasuki Gedung Galeri Nasional yang
kedua, di situ terlihat banyak sekali gambar- gambar yang sangat bagus, dari
yang sederhana sampai gambar yang sulit, dari beberapa bahasa, gambar-gambar
timbul. Entah karena memang saya
tidak mengerti tentang seni rupa atau bagaimana, tapi menurut saya itu sangat
bagus. Saya sangat-sangat terkesan.
Setelah
dari Galeri Nasional kami pulang dengan naik grab lagi. Saya sangat
terkesan dengan field trip ini.
“Menurut saya, program ini sangat berguna dan bermanfaat.”
Akhirnya
kami sampai di sekolah dengan selamat dan pulang ke rumah masing-masing. ***(Jessica Octaviany / X MIA)
0 komentar:
Posting Komentar